masyarakat minangkabau memiliki landasan dalam menjalani kehidupannya, yaitu adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah. berarti setiap peraturan dan anjuran dalam adat bersumber pada ajaran agama islam dan agama bersumber dari kitab Allah. karena itulah masyarakat minangkabau memiliki masyarakat dengan menganut agama islam yang sangat taat.
seiring perkembangan zaman, budaya ini sudah mulai luntur tergerus oleh peradaban modern yang mulai meninggalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang sejak zaman dahulu. semakin lama ajaran-ajaran tersebut semakin berkurang eksistensinya dalam masyarakat, terutama bagi generasi muda yang secara perlahan muali melupakan budaya mereka sendiri dan bangga hidup dengan budaya barat yang sebenarnya tidak sesuai dengan diri mereka. sepertinya mereka malu menggunakan budaya nenek moyang dan merasa sebagai orang yang kuno jika melanjutkan tradisi-tradisi ang telah ada.
jika hal ini tidak disadari dan dibiarkan begitu saja, maka tidak menutup kemungkinan budaya minang akan punah dimakan zaman. beberapa budaya minangkabau yang mulai dilupakan oleh masyarakatnya sendiri yaitu :
Bagi masyarakat miangkabau Surau atau Masjid bukan hanya sebagi tempat sholat lima waktu tetapi juga sebagai tempat belajar, menuntut ilmu. Dahulu surau menjadi rumah kedua bagi anak lelaki Minang. tempat mereka menggali berbagai macam ilmu. ilmu agama, ilmu bela diri (Pencak Silat) cara hidup, cara bergaul dan lain sebagainya dari para orang tua. selain itu juga ada tanggung jawab untuk membimbing adik-adik mereka yang lebih muda. jadi tidak hanya sebagai murid tetapi juga bertanggung jawab meneruskan ilmu yang telah didapat dari mamak/inyiak kepada yang lebih muda.
namun, itu semua sudah sangat jarang terjadi karena "surau" telah beralih ke Lapau/ Kadai dan "surau" para remaja adalah warnet dan tempat nongkrong lainnya.
2. Tau Jo Nan Ampek
Kato mandaki, kato manurun, kato mandata dan kato malereng merupakan salah satu aturan turun temurun yang mulai mencair adalah tatakrama berbicara. aturan-aturan bicara, teknik-teknik bicara serta tutut kata bicarapun juga diatur dalam adat minang, namun sudah tidak diindahkan lagi oleh sebagian besar remaja minang dimasa sekarang. sebagai masyarakat minang sudah selayaknya menggunakan dan melestarikan pemakaian budaya kato nan ampek.memudarnya pemakaian Kato Nan Ampek ibaratkan "Hilang Minang Tingga Kabau".
3. Budaya makan bajamba
makan bajamba atau makan barapak adalah tradisi adat minangkabau yang dilakukan dengan cara duduk "Baselo" bagi kaum laki-laki dan "basimpuah" bagu kaum wanita. makan bajamba adalah makan bersama-sama dalam satu piring yang besar dengan lauk ditempatkan di tengah-tengah piring. makan bajamba harus menggunakan tangan. tradisi makan bajamba ini mulai hilang dan hanya dilakukan pada peristiwa-peristiwa penting. yang lebih memprihatinkan bayak generasi muda yang tidak bisa makan secara bajamba. kaum muda sebagai penerus adat minang seharusnya mau mempelajari dan melestarikan budaya makan bajamba ini.
4. petatah petitih minangkabau
budaya minang sangat erat kaitannya dengan petatah petitih. dalam setiap peristiwa-peeristiwa penting selalu didahului dengan petatah petitih dari para mamak kepada kaumnya. seperti dalam acara Baralek atau atau menikah. selalu didahului dengan petatah petitih oleh mamak kepada calon mempelai dan antar kedua belah piihak keluarga. namun sangat disayangkan bahwa semakin sulit menemukan masyarakat yang fasih dalam "bermain kata" apalagi generasi muda. saya pernah bertanya kepada salah seorang teman (laki-laki) kenapa tidak tertarik untuk mempelajari cara berbicara yang sangat indah ini? si teman menjawab, "itukan sudah ketinggalan jaman, biarkan saja para inyiak-inyiak (kakek) yang melakukannya". mengkun teman saya ini tidak menyadari bahwa dia suatu saat akan menjadi seorang inyiak (Kakek) yang seharunya juga bisa berpetatah petitih karna menurut saya pribadi petatah petitih dalam adat minang merupakan sebuah seni yang sangat indah, santun dan memberikan pelajaran hidup yang sangat dalam dengan penggunaan bahasa yang ringan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
itulah beberapa tradisi di ranah minang yang hampir punah dimakan waktu. semoga kita sebagai generasi minang baik yang menetap di ranah minang ataupun di perantauan dapat melestarikannya. agar terus terjaga hingga kita tua dan dilanjutkan oleh generasi mendatang.
Kato mandaki, kato manurun, kato mandata dan kato malereng merupakan salah satu aturan turun temurun yang mulai mencair adalah tatakrama berbicara. aturan-aturan bicara, teknik-teknik bicara serta tutut kata bicarapun juga diatur dalam adat minang, namun sudah tidak diindahkan lagi oleh sebagian besar remaja minang dimasa sekarang. sebagai masyarakat minang sudah selayaknya menggunakan dan melestarikan pemakaian budaya kato nan ampek.memudarnya pemakaian Kato Nan Ampek ibaratkan "Hilang Minang Tingga Kabau".
3. Budaya makan bajamba
makan bajamba atau makan barapak adalah tradisi adat minangkabau yang dilakukan dengan cara duduk "Baselo" bagi kaum laki-laki dan "basimpuah" bagu kaum wanita. makan bajamba adalah makan bersama-sama dalam satu piring yang besar dengan lauk ditempatkan di tengah-tengah piring. makan bajamba harus menggunakan tangan. tradisi makan bajamba ini mulai hilang dan hanya dilakukan pada peristiwa-peristiwa penting. yang lebih memprihatinkan bayak generasi muda yang tidak bisa makan secara bajamba. kaum muda sebagai penerus adat minang seharusnya mau mempelajari dan melestarikan budaya makan bajamba ini.
4. petatah petitih minangkabau
budaya minang sangat erat kaitannya dengan petatah petitih. dalam setiap peristiwa-peeristiwa penting selalu didahului dengan petatah petitih dari para mamak kepada kaumnya. seperti dalam acara Baralek atau atau menikah. selalu didahului dengan petatah petitih oleh mamak kepada calon mempelai dan antar kedua belah piihak keluarga. namun sangat disayangkan bahwa semakin sulit menemukan masyarakat yang fasih dalam "bermain kata" apalagi generasi muda. saya pernah bertanya kepada salah seorang teman (laki-laki) kenapa tidak tertarik untuk mempelajari cara berbicara yang sangat indah ini? si teman menjawab, "itukan sudah ketinggalan jaman, biarkan saja para inyiak-inyiak (kakek) yang melakukannya". mengkun teman saya ini tidak menyadari bahwa dia suatu saat akan menjadi seorang inyiak (Kakek) yang seharunya juga bisa berpetatah petitih karna menurut saya pribadi petatah petitih dalam adat minang merupakan sebuah seni yang sangat indah, santun dan memberikan pelajaran hidup yang sangat dalam dengan penggunaan bahasa yang ringan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
itulah beberapa tradisi di ranah minang yang hampir punah dimakan waktu. semoga kita sebagai generasi minang baik yang menetap di ranah minang ataupun di perantauan dapat melestarikannya. agar terus terjaga hingga kita tua dan dilanjutkan oleh generasi mendatang.